Minggu, 7 Februari 2010
Minggu pagi yang cerah, saya berangkat dari rumah saya pada pukul 05.30. Janjian di halte busway Senen pukul 06.00 bersama Axel dan Vincent, sesampainya di halte busway Kampung Melayu, saya sms kepada Axel menanyakan keberadaan Axel dan Vincent tapi sms belum sampai di hp saya, saya sudah bertemu dengan mereka di dalam transjakarta di halte busway kampung melayu. Dan sesampainya sms Axel ke saya memberitahukan bahwa mereka sudah sampai di halte Matraman, padahal itu ketemuan di halte Kampung Melayu, gagal mereka membohongi saya. perjalanan pun berlanjut menuju halte Sene, Vincent dan Axel memberitahu bahwa kita Kevin (panggilannya Momo) justru ikut dengan kita. Anak sekolah pertama yang ikut kita berpetualang, sungguh tidak diduga. Padahal sebelumnya Kevin merencanakan pergi ke Bandung ketika kami mengajaknya. Perpindahan dari satu halte ke halte berikutnya cukup menyusahkan, kenapa begitu karena dari Kampung Melayu tidak ada yang transit Ke Senen sehingga kami harus turun satu halte setelah Senen ( Busway ribet sekarang kalau gak ngerti). Dari halte tersebut barulah kami menuju Senen. Sesampainya di Senen kami langsung bertemu dengan Kevin, dan sialnya lagi tidak ada transjakarta yang menuju Ancol dari halte Sene, aneh.. aneh... aneh.. Akhirnya kami naik kembali transjakarta yang menuju Pal Putih (satu halte sebelum Senen dari arah Kampung Melayu). Setelah sesampainya disana kami menunggu cukup lama dan kemudian naik transjakarta yang menuju Ancol. Satu perhetian sebelum memasuki halte busway Ancol kami turun (kira-kira itu deket mangga dua). Kami berencana naik taksi dari sana dan menunggu taksi disana adalah sesuatu yang ajaib pula, karena taksi yang ada hanya Blue Bird, sampai pada akhirnya sempat putus asa ingin naik Blue Bird juga tapi memang datang taksi penolong dengan bertuliskan TARIF BAWAH (lupa namanya apa) dan kami pun langsung menaiki taksi tersebut menuju tujuan berikutnya, Pelabuhan Muara Angke
Kami berempat sampai di pelabuhan Muara Angke, namun sesampainya disana kami masih sempat bingung mencari dermaga tempat pergi menuju kepulauan seribu, sempat nyasar ke tempat pelelangan ikan. Tapi akhirnya dermaga tersebut ditemukan, namun kami pergi ke toilet dulu di pom bensin deket dermaga tersebut. Setelah selesai langsung menuju dermaga (bagi anda yang cinta bersih jangan kaget melihat tempat ini). Layaknya dermaga-dermaga di jakarta, tidak jauh beda dengan yang lainnya. Sampah, kotoran, air hitam, bau yang bercampur aduk, semuanya jadi satu. bertanya-tanya kepada pemilik kapal keberangkatan kapal ke Pulau Sepa (Pulau Sepa adalah tujuan utama kami pada awalnya). Namun setelah diberitahu oleh pemilik kapal bahwa kapal ke pulau Sepa tidak ada jika dari Muara Angke jadi harus pergi ke Pualu Pramuka dahulu baru setelah itu menyeberang ke Pulau Sepa. Itu pun harus menambah biaya lagi sekitar Rp200.000. Akhirnya kami sepakat untuk menuju ke Pulau Pramuka saja, saat pemilik kapal ditanyakan keberangkatannya, ia mengatakan "sebentar lagi". Maka dari itu kami menunggunya di dalam kapal yang telah ia siapkan terpal untuk dijadikan alas, pada saat itu jam sudah menunjukan pukul 7 lewat. Datang juga 2 muslim Bapak-bapak, yang nampaknya adalah seorang muslim yang taat sekali. Mereka berdua hendak ke Pulau Tidung, menanyakan kapal yang berangkat ke Pulau Tidung, namun beberapa orang disana mengatakan bahwa kapalnya sudah berangkat tadi pagi dan akhirnya mereka memutuskan untuk tetap jalan dengan kapal yang sama dengan kami. Pada saat itu kami mengobrol banyak tentang perjalanan kami (layaknya orang baru pertama kali bertem, menanyakan mau pergi kemana dan lain-lainnya). Setelah menunggu hampir 2 jam, kami merasa kapal ini tidak berangkat juga. akhirnya Kevin menanyakan kepada pemilik kapal tersebut jam keberangkatan dan ia mengatakan bahwa kapal akan jalan pukul 13.00 (Oh Tuhan, bilang dong kalau berangkat jam segitu, jangan malah nongkrong di warung). Akhirnya kami mulai goyah, akankah jadi berangkat atau tidak namun dengan tekad yang bulat kami memutuskan untuk menunggu dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 13.00. Kedua Bapak tersebut berpikir untuk pulang namun setelah menghubungi orang yang mengadakan acara di Pulau Tidung, akhirnya mereka berencana tetap jalan bersama dengan kami ke pulau Pramuka terlebih dahulu. Mereka pun sempat pergi sebentar dari kapal tersebut (pertemuan terkahir dengan kedua Bapak tersebut yang mengatakan tetap berangkat, tidak terlihat sampai pada akhirnya kami berangkat dari Muara Angke)Masuk seseorang yang berpakaian putih ke dalam kapal, sepertinya pemilik kapal juga. Ternyata dialah yang sebenarnya pengemudi atau pemilik kapal tersebut bukan orang yang pertama, orang yang pertama ternyata hanyalah bagian dari pesuruh dia di kapal (kena jebakan batman). Akhirnya kami bertanya-tanya lagi kepada pemilik kapal sebenarnya masalah waktu keberangkatan dan bagaiman cara pergi ke Pulau Sepa. KIami sudah merasa bosan, akhirnya Kevin pun membeli kartu (namanya kartunya KALONG) dan kami membunuh rasa bosan dengan kartu. Tapi kartu pun tidak menolong kebosanan kami, masih lama sekali keberangkatan kami. namun ada 2 Bapak yang masuk ke dalam kapal kami (bukan Bapak yang tadi yang ini lebih tua). Kami akhirnya terlelap di dalam kapal, sampai pada pemilik kapal masuk dan tiba-tiba menanyakan nama kami termasuk kedua Bapak tersebut. Cukup aneh, tidak tahu juga buat apa mungkin buat jaga-jaga kalau misalnya kapalnya hilang atau tenggelam jadi nama kami ada disitu. Dan Vincent pun berbohong menyebutkan namanya, dengan mengaku menjadi Andi. Setelah menunggu berjam-jam, satu per satu orang muali mendatangi kapal tersebut, ada cewek bule, nenek, seorang cewek sekitar umur 30an, seorang Bapak yang menawarkan rambutan, 2 orang cewek masih SMP kayaknya, dan dua orang cewek,cowok (pasangan kayaknya), sisanya tidak tahu soalnya ada yang duduk diatas kapal juga, jad tidak keliahatan. Pada pukul 13.30 lewat kapal pun memulai perjalanan, akhirnya petualangan kami menuju sebuah pulau dimulai juga, kapalpun meninggakan pelabuhan Muara Angke.
Awal perjalanan cukup menyenangkan (perjalanan menuju Pulau Pramuka sekitar 2 jam), dimana kami sempat foto-foto dan mendatangi sebuah Pulau (tidak tahu namanya, Kevin yang tahu) untuk menurunkan penumpang, lalu lanjut menuju ke Pulau Pramuka.
Perjalanan menuju Pulau Pramuka
Cewek Bule yang sempat saya fotoKeadaan di dalam kapalMulai dari sini anda akan melihat banyak foto dibandingkan tulisan saya (mudah-mudahan saja itu benar). Perjalanan menuju Pulau Pramuka menempuh 2 jam. Selama ini diperjalanan yang kami lakukan hanya tidur, mengobrol dan main kartu. Sesampainya disana, kami langsung merasakan namanya tujuan yang telah kami capai. Langsung saja kami menuju gerbang utama dari Pulau Pramuka
Sesampainya kami di Pulau Pramuka Seperti slogan Pulau Pramuka Pemandangan dari Pulau Pramuka mengarah ke lautLalu kami langsung mencari makanan, karena berhubung sampai sana sudah sore, sekitar pukul 3 atau 4 sore. Saat kami makan kami sempat bertanya-tanya maslaah penginapan dan objek wisata yang terdapat di Pulau Pramuka kepada seseorang. Kemudian orang tersebut memberitahukan objek wisata tersebut kepada kami dan memberitahukan penginapan. Karena belum terpikirkan untuk menginap akhirnya kami langsung menuju sebuah pulau yang sepertinya masih meiliki sebuah pantai (karena Pulau Pramuka sudah di dam semua sehinga tidak ada pantainya), kami menuju Pulau Karya. Perjlanan kami dari pulau pramuka ke Pulau Karya cukup dekat, tinggal menyeberang dengan ,menggunakan ojek kapal yang dibayar sekitar Rp 3.000. Seperti biasa, pemilik kapal masih sempetnya nongkrong dulu di tempat makan, padahal kami pengen cepat sampai disana dan menghabiskan waktu disana. Karena beberapa Ibu-ibu ikut juga dalam penyeberangan tersebut, Ibu-ibu tersebut menyuruh pemilik kapal untuk segera menjalankan kapalnya (untung ada Ibu-ibu tersebut). Dan kami pun berangkat ke Pulau Karya.
Perjalanan menuju Pulau Karya
Sesampainya di Pulau karya kami mengelilingi Pulau tersebut yang luasnya 60Ha. Pulau tersebut masih terdapat penduduk, dan sepertinya juga tempat pelatihan untuk suatu kompi dan di pulau tersebut sebagian besarnya adalah kuburan. Kami mengelilingi Pulau tersebut dan akhirnya berhenti lagi di dermaga tempat kami turun dan Axel, vincent dan Kevin memutuskan untuk berenang di laut yang rasanya sayang jika dilewatkan. namun saya tetap mengejar sunset dan berpisah dengan mereka sendiri.
Pesisir di Pulau Karya Mengelilingi Pulau karya
Sunset Pulau Karya
Sunset Pulau Karya
Sunset Pulau Karya
Setelah selesai foto sunset dan langitpun sudah gelap, akhirnya saya kembali pada ketiga teman saya dan ternyata disitu sudah ada satu orang baru lagi yang sepertinya penduduk di Pulau ini. Setelah saya datang dan bertanya pada salah satu teman saya siapa teman ini, ternyata dia adalah penduduk Pulau Panggang, pulau yang terletak berseberangan dengan Pulau Karya. Dia mengajak kami untuk menginap di rumahnya daripada kami tidur di dermaga Pulau karya dan akhirnya kami pun mengikutinya untuk beristirahat di Pulau Panggang tempat ia tinggal. Kami kembali menaiki ojek perahu terkahir ke Pulau Panggang.
Pulau Panggang di foto dari Pulau Karya
Sesampainya kami di Pulau Panggang, kami berkenalan dengan orang tersebut. Nama orang tersebut adalah Tomi dan dia kuliah di BSI salemba mengambil management informatika. Pertamanya Tomi menawarkan untuk menginap di mesjid, lalu menawarkan kembali untuk menginap di rumahnya. Namun akhirnya kami memilih untuk menginap di mesjid, bukan di dalam mesjidnya kami tidur tapi ada ruangan kosong dan di ruangan tersebut biasa untuk tempat berkumpul remaja mesjid (Tomi salah satu remaja mesjid). Kami mengobrol dan bertanya-tanya sampai pada sholat Isya, Tomi pamit untuk sholat (untuk terakhir kalinya kami melihat Tomi). selama itu kami mengobrol, tidur dan mencapai kebosanan. Di Pulau tersebut jika malam tiba listrik yang dipergunakan dengan menggunakan genset dan sebagain dari Pulau tersebut listrik padam (ketika listrik padam disana terlihat ratusa bintang-bintang di langit). Karena merasa lapar dan juga gelap di ruangan tersebut, akhirnya kami pergi keluar untuk mencari makanan. Dan makanan yang kami pasti dapatkan adalah indomie. Makan sambil membuang-buang waktu yang ada di dermaga hingga malam hari. Setelah selesai makan kami pun kembali ke mesjid tadi dan listrik masih sering mati hingga membuat jalan gelap. Di tempat istirahat mesjid tersebut kami bermain kartu dari yang namanya capsa, 41, kartu bohong sampai dengan kartu setan dan kami bermain sangat rusuh. Pada tengah malam akhirnya kami pun beristirahat.
Senin, 8 Februari 2010Pukul 06.00 kami bangun dari tidur dan siap-siap menuju dermaga, karena kapal hanya ada jam 7 pagi dan jam 1 siang. Kami pun sampai di dermaga dan bertanya-tanya mengenai kapal yang menuju Muara Angke. Pada saat itu juga terlihat banyak sekali anak-anak sekolah yang menaiki kapal, sekolah SMP dan SMA cuma ada di Pulau Pramuka sedangkan di Pulau Panggang hanya ada SD, hanya ada 1 kapal yang memberikan tumpangan gratis kepada anak-anak sekolah tersebut maka dari itu anak-anak sekolah tersebut berlomba untuk bernagkat lebih dahulu sampai pada Pulau Pramuka untuk bersekolah. Tidak dsiangka ternyata kapal yang mereka naiki sangatlah penuh hingga sebgaian anak-anak tersebut menaiki pinggiran kapal, terutama laki-laki. bagi yang telat atau tidak kepagian tempat mereka harus menunggu kapal tersebut kembali lagi. yang menjadi menarik adalah dimana semangat mereka untuk belajar, kalau kata Tomi anak-anak sekolahan disini adalah seleksi alam, dimana yang berniat berangkat sekolah pagi dan yang telat.
Berangkat sekolah menyeberangi Pulau Pramuka
Akhirnya kami pun berangkat dari Pulau panggang meninggalkan berbagai cerita, sebelumnya kami mampir terlebih dahulu ke Pulau Pramuka, tidak disangka orang-orang yang ingin menuju ke Jakarta banyak sekali, kapal tersebut sampai penuh, baik dari pendatang maupun orang lokal. Selama perjalanan kami duduk diatas kapal dan hanya mengobrol dan sampai akhirnya bosan kami pun bermain kartua, perjalanan 2 jam ke Muara Angke pun tidak berasa karena sambil menikmati pemandangan laut yang spi dan kami foto pemandangan disana juga, sampailah kami pada Pelabuhan Muara Angke yang kotor dan berbanding terbalik dengan pulau yang sebelumnya kami datangi.
Meninggalkan Pulau Panggang
Ditemani laut dalam perjalanan ke Pelabuhan Muara Angke
Beberapa km dari Pelabuhan Muara Angke
Sesampainya di Pelabuhan Muara Angke kami berjalan dahulu hingga keluar pelabuhan untuk naik taksi kembali dan menuju halte busway seperti pertama kali berangkat dan dari situlah perjalanan berakhir. Perjalanan yang menarik, terima kasih kepada saudara Axel Sution, Vincent Siridhata dan Kevin Yonathan yang sudah menemani. Semoga diperjalanan berikutnya lebih banyak lagi teman-teman saya yang bisa ikut.
stefanus_photographyfilm@2010