Selasa, 09 Februari 2010

PRAMUKA, KARYA, PANGGANG

Minggu, 7 Februari 2010
Minggu pagi yang cerah, saya berangkat dari rumah saya pada pukul 05.30. Janjian di halte busway Senen pukul 06.00 bersama Axel dan Vincent, sesampainya di halte busway Kampung Melayu, saya sms kepada Axel menanyakan keberadaan Axel dan Vincent tapi sms belum sampai di hp saya, saya sudah bertemu dengan mereka di dalam transjakarta di halte busway kampung melayu. Dan sesampainya sms Axel ke saya memberitahukan bahwa mereka sudah sampai di halte Matraman, padahal itu ketemuan di halte Kampung Melayu, gagal mereka membohongi saya. perjalanan pun berlanjut menuju halte Sene, Vincent dan Axel memberitahu bahwa kita Kevin (panggilannya Momo) justru ikut dengan kita. Anak sekolah pertama yang ikut kita berpetualang, sungguh tidak diduga. Padahal sebelumnya Kevin merencanakan pergi ke Bandung ketika kami mengajaknya. Perpindahan dari satu halte ke halte berikutnya cukup menyusahkan, kenapa begitu karena dari Kampung Melayu tidak ada yang transit Ke Senen sehingga kami harus turun satu halte setelah Senen ( Busway ribet sekarang kalau gak ngerti). Dari halte tersebut barulah kami menuju Senen. Sesampainya di Senen kami langsung bertemu dengan Kevin, dan sialnya lagi tidak ada transjakarta yang menuju Ancol dari halte Sene, aneh.. aneh... aneh.. Akhirnya kami naik kembali transjakarta yang menuju Pal Putih (satu halte sebelum Senen dari arah Kampung Melayu). Setelah sesampainya disana kami menunggu cukup lama dan kemudian naik transjakarta yang menuju Ancol. Satu perhetian sebelum memasuki halte busway Ancol kami turun (kira-kira itu deket mangga dua). Kami berencana naik taksi dari sana dan menunggu taksi disana adalah sesuatu yang ajaib pula, karena taksi yang ada hanya Blue Bird, sampai pada akhirnya sempat putus asa ingin naik Blue Bird juga tapi memang datang taksi penolong dengan bertuliskan TARIF BAWAH (lupa namanya apa) dan kami pun langsung menaiki taksi tersebut menuju tujuan berikutnya, Pelabuhan Muara Angke

Kami berempat sampai di pelabuhan Muara Angke, namun sesampainya disana kami masih sempat bingung mencari dermaga tempat pergi menuju kepulauan seribu, sempat nyasar ke tempat pelelangan ikan. Tapi akhirnya dermaga tersebut ditemukan, namun kami pergi ke toilet dulu di pom bensin deket dermaga tersebut. Setelah selesai langsung menuju dermaga (bagi anda yang cinta bersih jangan kaget melihat tempat ini). Layaknya dermaga-dermaga di jakarta, tidak jauh beda dengan yang lainnya. Sampah, kotoran, air hitam, bau yang bercampur aduk, semuanya jadi satu. bertanya-tanya kepada pemilik kapal keberangkatan kapal ke Pulau Sepa (Pulau Sepa adalah tujuan utama kami pada awalnya). Namun setelah diberitahu oleh pemilik kapal bahwa kapal ke pulau Sepa tidak ada jika dari Muara Angke jadi harus pergi ke Pualu Pramuka dahulu baru setelah itu menyeberang ke Pulau Sepa. Itu pun harus menambah biaya lagi sekitar Rp200.000. Akhirnya kami sepakat untuk menuju ke Pulau Pramuka saja, saat pemilik kapal ditanyakan keberangkatannya, ia mengatakan "sebentar lagi". Maka dari itu kami menunggunya di dalam kapal yang telah ia siapkan terpal untuk dijadikan alas, pada saat itu jam sudah menunjukan pukul 7 lewat. Datang juga 2 muslim Bapak-bapak, yang nampaknya adalah seorang muslim yang taat sekali. Mereka berdua hendak ke Pulau Tidung, menanyakan kapal yang berangkat ke Pulau Tidung, namun beberapa orang disana mengatakan bahwa kapalnya sudah berangkat tadi pagi dan akhirnya mereka memutuskan untuk tetap jalan dengan kapal yang sama dengan kami. Pada saat itu kami mengobrol banyak tentang perjalanan kami (layaknya orang baru pertama kali bertem, menanyakan mau pergi kemana dan lain-lainnya). Setelah menunggu hampir 2 jam, kami merasa kapal ini tidak berangkat juga. akhirnya Kevin menanyakan kepada pemilik kapal tersebut jam keberangkatan dan ia mengatakan bahwa kapal akan jalan pukul 13.00 (Oh Tuhan, bilang dong kalau berangkat jam segitu, jangan malah nongkrong di warung). Akhirnya kami mulai goyah, akankah jadi berangkat atau tidak namun dengan tekad yang bulat kami memutuskan untuk menunggu dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 13.00. Kedua Bapak tersebut berpikir untuk pulang namun setelah menghubungi orang yang mengadakan acara di Pulau Tidung, akhirnya mereka berencana tetap jalan bersama dengan kami ke pulau Pramuka terlebih dahulu. Mereka pun sempat pergi sebentar dari kapal tersebut (pertemuan terkahir dengan kedua Bapak tersebut yang mengatakan tetap berangkat, tidak terlihat sampai pada akhirnya kami berangkat dari Muara Angke)

Masuk seseorang yang berpakaian putih ke dalam kapal, sepertinya pemilik kapal juga. Ternyata dialah yang sebenarnya pengemudi atau pemilik kapal tersebut bukan orang yang pertama, orang yang pertama ternyata hanyalah bagian dari pesuruh dia di kapal (kena jebakan batman). Akhirnya kami bertanya-tanya lagi kepada pemilik kapal sebenarnya masalah waktu keberangkatan dan bagaiman cara pergi ke Pulau Sepa. KIami sudah merasa bosan, akhirnya Kevin pun membeli kartu (namanya kartunya KALONG) dan kami membunuh rasa bosan dengan kartu. Tapi kartu pun tidak menolong kebosanan kami, masih lama sekali keberangkatan kami. namun ada 2 Bapak yang masuk ke dalam kapal kami (bukan Bapak yang tadi yang ini lebih tua). Kami akhirnya terlelap di dalam kapal, sampai pada pemilik kapal masuk dan tiba-tiba menanyakan nama kami termasuk kedua Bapak tersebut. Cukup aneh, tidak tahu juga buat apa mungkin buat jaga-jaga kalau misalnya kapalnya hilang atau tenggelam jadi nama kami ada disitu. Dan Vincent pun berbohong menyebutkan namanya, dengan mengaku menjadi Andi. Setelah menunggu berjam-jam, satu per satu orang muali mendatangi kapal tersebut, ada cewek bule, nenek, seorang cewek sekitar umur 30an, seorang Bapak yang menawarkan rambutan, 2 orang cewek masih SMP kayaknya, dan dua orang cewek,cowok (pasangan kayaknya), sisanya tidak tahu soalnya ada yang duduk diatas kapal juga, jad tidak keliahatan. Pada pukul 13.30 lewat kapal pun memulai perjalanan, akhirnya petualangan kami menuju sebuah pulau dimulai juga, kapalpun meninggakan pelabuhan Muara Angke.

Awal perjalanan cukup menyenangkan (perjalanan menuju Pulau Pramuka sekitar 2 jam), dimana kami sempat foto-foto dan mendatangi sebuah Pulau (tidak tahu namanya, Kevin yang tahu) untuk menurunkan penumpang, lalu lanjut menuju ke Pulau Pramuka.


Perjalanan menuju Pulau Pramuka


Cewek Bule yang sempat saya foto


Keadaan di dalam kapal


Mulai dari sini anda akan melihat banyak foto dibandingkan tulisan saya (mudah-mudahan saja itu benar). Perjalanan menuju Pulau Pramuka menempuh 2 jam. Selama ini diperjalanan yang kami lakukan hanya tidur, mengobrol dan main kartu. Sesampainya disana, kami langsung merasakan namanya tujuan yang telah kami capai. Langsung saja kami menuju gerbang utama dari Pulau Pramuka

Sesampainya kami di Pulau Pramuka


Seperti slogan Pulau Pramuka


Pemandangan dari Pulau Pramuka mengarah ke laut

Lalu kami langsung mencari makanan, karena berhubung sampai sana sudah sore, sekitar pukul 3 atau 4 sore. Saat kami makan kami sempat bertanya-tanya maslaah penginapan dan objek wisata yang terdapat di Pulau Pramuka kepada seseorang. Kemudian orang tersebut memberitahukan objek wisata tersebut kepada kami dan memberitahukan penginapan. Karena belum terpikirkan untuk menginap akhirnya kami langsung menuju sebuah pulau yang sepertinya masih meiliki sebuah pantai (karena Pulau Pramuka sudah di dam semua sehinga tidak ada pantainya), kami menuju Pulau Karya. Perjlanan kami dari pulau pramuka ke Pulau Karya cukup dekat, tinggal menyeberang dengan ,menggunakan ojek kapal yang dibayar sekitar Rp 3.000. Seperti biasa, pemilik kapal masih sempetnya nongkrong dulu di tempat makan, padahal kami pengen cepat sampai disana dan menghabiskan waktu disana. Karena beberapa Ibu-ibu ikut juga dalam penyeberangan tersebut, Ibu-ibu tersebut menyuruh pemilik kapal untuk segera menjalankan kapalnya (untung ada Ibu-ibu tersebut). Dan kami pun berangkat ke Pulau Karya.

Perjalanan menuju Pulau Karya

Sesampainya di Pulau karya kami mengelilingi Pulau tersebut yang luasnya 60Ha. Pulau tersebut masih terdapat penduduk, dan sepertinya juga tempat pelatihan untuk suatu kompi dan di pulau tersebut sebagian besarnya adalah kuburan. Kami mengelilingi Pulau tersebut dan akhirnya berhenti lagi di dermaga tempat kami turun dan Axel, vincent d
an Kevin memutuskan untuk berenang di laut yang rasanya sayang jika dilewatkan. namun saya tetap mengejar sunset dan berpisah dengan mereka sendiri.

Pesisir di Pulau Karya


Mengelilingi Pulau karya


Sunset Pulau Karya


Sunset Pulau Karya


Sunset Pulau Karya


Setelah selesai foto sunset dan langitpun sudah gelap, akhirnya saya kembali pada ketiga teman saya dan ternyata disitu sudah ada satu orang baru lagi yang sepertinya penduduk di Pulau ini. Setelah saya datang dan bertanya pada salah satu teman saya siapa teman ini, ternyata dia adalah penduduk Pulau Panggang, pulau yang terletak berseberangan dengan Pulau Karya. Dia mengajak kami untuk menginap di rumahnya daripada kami tidur di dermaga Pulau karya dan akhirnya kami pun mengikutinya untuk beristirahat di Pulau Panggang tempat ia tinggal. Kami kembali menaiki ojek perahu terkahir ke Pulau Panggang.

Pulau Panggang di foto dari Pulau Karya

Sesampainya kami di Pulau Panggang, kami berkenalan dengan orang tersebut. Nama orang tersebut adalah Tomi dan dia kuliah di BSI salemba mengambil management informatika. Pertamanya Tomi menawarkan untuk menginap di mesjid, lalu menawarkan kembali untuk menginap di rumahnya. Namun akhirnya kami memilih untuk menginap di mesjid, bukan di dalam mesjidnya kami tidur tapi ada ruangan kosong dan di ruangan tersebut biasa untuk tempat berkumpul remaja mesjid (Tomi salah satu remaja mesjid). Kami mengobrol dan bertanya-tanya sampai pada sholat Isya, Tomi pamit untuk sholat (untuk terakhir kalinya kami melihat Tomi). selama itu kami mengobrol, tidur dan mencapai kebosanan. Di Pulau tersebut jika malam tiba listrik yang dipergunakan dengan menggunakan genset dan sebagain dari Pulau tersebut listrik padam (ketika listrik padam disana terlihat ratusa bintang-bintang di langit). Karena merasa lapar dan juga gelap di ruangan tersebut, akhirnya kami pergi keluar untuk mencari makanan. Dan makanan yang kami pasti dapatkan adalah indomie. Makan sambil membuang-buang waktu yang ada di dermaga hingga malam hari. Setelah selesai makan kami pun kembali ke mesjid tadi dan listrik masih sering mati hingga membuat jalan gelap. Di tempat istirahat mesjid tersebut kami bermain kartu dari yang namanya capsa, 41, kartu bohong sampai dengan kartu setan dan kami bermain sangat rusuh. Pada tengah malam akhirnya kami pun beristirahat.

Senin, 8 Februari 2010
Pukul 06.00 kami bangun dari tidur dan siap-siap menuju dermaga, karena kapal hanya ada jam 7 pagi dan jam 1 siang. Kami pun sampai di dermaga dan bertanya-tanya mengenai kapal yang menuju Muara Angke. Pada saat itu juga terlihat banyak sekali anak-anak sekolah yang menaiki kapal, sekolah SMP dan SMA cuma ada di Pulau Pramuka sedangkan di Pulau Panggang hanya ada SD, hanya ada 1 kapal yang memberikan tumpangan gratis kepada anak-anak sekolah tersebut maka dari itu anak-anak sekolah tersebut berlomba untuk bernagkat lebih dahulu sampai pada Pulau Pramuka untuk bersekolah. Tidak dsiangka ternyata kapal yang mereka naiki sangatlah penuh hingga sebgaian anak-anak tersebut menaiki pinggiran kapal, terutama laki-laki. bagi yang telat atau tidak kepagian tempat mereka harus menunggu kapal tersebut kembali lagi. yang menjadi menarik adalah dimana semangat mereka untuk belajar, kalau kata Tomi anak-anak sekolahan disini adalah seleksi alam, dimana yang berniat berangkat sekolah pagi dan yang telat.

Berangkat sekolah menyeberangi Pulau Pramuka

Akhirnya kami pun berangkat dari Pulau panggang meninggalkan berbagai cerita, sebelumnya kami mampir terlebih dahulu ke Pulau Pramuka, tidak disangka orang-orang yang ingin menuju ke Jakarta banyak sekali, kapal tersebut sampai penuh, baik dari pendatang maupun orang lokal. Selama perjalanan kami duduk diatas kapal dan hanya mengobrol dan sampai akhirnya bosan kami pun bermain kartua, perjalanan 2 jam ke Muara Angke pun tidak berasa karena sambil menikmati pemandangan laut yang spi dan kami foto pemandangan disana juga, sampailah kami pada Pelabuhan Muara Angke yang kotor dan berbanding terbalik dengan pulau yang sebelumnya kami datangi.

Meninggalkan Pulau Panggang


Ditemani laut dalam perjalanan ke Pelabuhan Muara Angke

Beberapa km dari Pelabuhan Muara Angke

Sesampainya di Pelabuhan Muara Angke kami berjalan dahulu hingga keluar pelabuhan untuk naik taksi kembali dan menuju halte busway seperti pertama kali berangkat dan dari situlah perjalanan berakhir. Perjalanan yang menarik, terima kasih kepada saudara Axel Sution, Vincent Siridhata dan Kevin Yonathan yang sudah menemani. Semoga diperjalanan berikutnya lebih banyak lagi teman-teman saya yang bisa ikut.


stefanus_photographyfilm@2010

Jumat, 05 Februari 2010

SQUARE TRIP

Semua orang memiliki masalahnya masing-masing dan banyak dari sebagian besar orang-orang tersebut tidak menyadari, mereka menjalani kehidupan ini tanpa mengtahui benar atau tidak kehidupan yang mereka jalani. Pemikiran manusia dibatasi oleh pilihan-pilhan hidupnya, yang menurut mereka itu adalah jalan takdir mereka, yang merupakan peradaban. Semuanya ini berhubungan dengan nilai, norma, agama dan sebagainya. Dimana sebuah mayoritas semakin tumpang tindih antara nilai ekonomi, sosial dan sifat-sfiat manusia itu sendiri. Maka dari itu pelarian dari sebuah alam sadar merupakan pelepasan fisik yang bersifat praktis dan menuju sebuah imajinasi. Dan kita akan dibawanya menuju ke suatu tempat, dengan judul SQUARE TRIP.

Perjalanan di semester 4 cukuplah berat, dimana pembuatan sebuah film semakin sulit dan harus menempuhnya dengan berbagai cara. Tentunya film ini haruslah dibuat agar dapat mendapatkan suatu nilai dalam memenuhi mata kuliah. Pembuatan film ini menggunakan pita seluloid. Tidak seperti biasanya, untuk pertama kalinya dala film SQUARE TRIP, film dengan bahan baku 16mm. Begitu juga dengan kameranya, tentunya kamera yang dipergunkan untuk kamera yang menggunkan pita seluloid. Dan proses yang dihadapi oleh sebuah film dengan menggunakan pita seluloid sangatlah sulit, karena harus melewati beberapa tahap yang merupakan perhitungan sebuah produksi film denganjumlah nominal yang tidak sedikit. Film surealis ini merupakan film pertama saya dengan genre yang seperti ini. Meisha Fellaroze, Stefanus Gracious Prasetyo dan M Dedi Suryadi yang merupakan kelompok dalam pembuatan film SQUARE TRIP ini.

Di dalam seb
uah ruangan KEENAN terduduk sendiri di sebuah sofa, lalu terlihat sebuah proyeksi cahaya-cahaya yang berada pada sebuah tembok. Keenan menyalakan rokoknya dan kemudian muncul seorang wanita bernama BIEL. Biel berdiri di depan dinding tersebut dan menghadap Keenan, lalu ia memarahi Keenan sambil berjalan mondar-mandir. Akhirnya Biel menuju sebuah meja kecil dan ia mengambil sebuah benda, kemudian melemparkannya ke arah Keenan.

Keenan ber
ada di ebuah ruangan besar, dimana ia dihadapi dengan berbagai macam pintu. Namun sebagian dari pintu tersebut adalah lukisan-lukisan pintu dan Keenan pun berjalan menuju salah pintu tersebut.

Terdapat cairan
molekul yang berwarna merah, kuning, dan biru. Lalu ketiganya bercampur menjadi satu.

Meja kerja ruangan Keenan, dimana terdapat komputer, post it, tanggalan, buku novel dan buku-buku marke
ting. Secara cepat, post it itu bertambah menjadi banyak menempel di laya komputer Keenan. Lalu Keenan terjatuh lemas pada meja kerjanya.

Keenan sedang duduk di sebuah sofa dengan menghadap ke arah dinding yang terdapat siluet-sliuet orang.

Sesaat kemudian Keenan berada di sebuah ruangan yang terdapat tembakan-tembakan sinar laser dan suara musik. Terlihat beberapa orang sedang berjoget-joget, lalu Keenan melihat seorang wanita dengan pakaian lengkap layalknya seorang pelayan sebuah tempat bar/diskotik. Namun pa
ndangan Keenan berubah menjadi perempuan dengan muka wajik dan wajahnya masih sama seperti yang tadi. Dan wajah tersebut kembali lagi ke awal. Keenan berjalan lagi dan ia bertemu dengan seorang pria yang membawa sebotol bir dan menawarkannya kepada Keenan. Di pandangan Keenan pria tersebut memiliki muka berbentuk kotak. Keenan tampak bingung dan berlalu tetapi ia lemas dan terjatuh, seseorang menolongnya berdiri dan lagi-lagi Keenan meliaht orang tersebut dengan muka berbentuk segitiga. Keenan berdiri dan kembali berjalan namun ia melihat seorang pria sedang merokok, namun pandangan Keenan berubah menjadi seorang laki-laki yang terdapat paru-paru di dadanya. Keenan semakin pusink dan ia berjalan lemas menuju sofa. Terlihat Keenan sangat pusink lalu ia melihat samar-samat beberapa perempuan adn laki-laki sedang berjoget si ruangan tersebut. Dari pandangan samar-samar tersebut berubah perlahan menjadi jelas dan kemudian Keenan melihat istrinya Biel bersama dengan seorang lelaki dan mereka berjoget bersama, sesekali pria tersebut merabah tubuh Biel. Keenan pun emosi melihat tersebut dan mengatakan ucapan kasar kepada Biel. Keenan merokok dan menyandarkan dirinya ke sofa, lalu penglihatannya samar dan perlahan menjadi jelas kembali, Bielsedang berjalan menghampirinya dengan memakai topeng kelinci.

Di sebua
h pantai terlihat Keenan duduk menghadap laut bersama dengan Biel yang memakai topeng kelinci tersebut.

Dalam film ini mengandung unsur surealis, dimana sebauh film banyak sekali terdapat simbol-simbol yan
g merupakan pencapaian dari film ini. Dan dalam penggunaan efek LSD (sejenis narkoba) dijelaskan bahwa LSD adalah sesuatu yang bersifat sementara, semuanya berupa imajinasi dan khayalan-khayalan belaka.


Pemain SQUARE TRIP






Suryadi Sanubari sebagai Keenan












Puitika Pamora sebagai Biel








Crew SQUARE TRIP






Meisha Fellaroze sebagai Director












Stefanus Gracious Prasetyo sebagai Producer












M Dedi Suryadi sebagai Script Writter






1st Assistant Director
Hendra RK

2nd Assistant Director
Aisha Balinda

Talent Coordinator
Didi Mulyadi

Unit Manager
Yudha Prio K
Reza

Item Manager
Fransisco Odjan

Location Manager
Irnayani Dena

Logistic
Siti Anisah
Oni

Director of Photography
Papa Bielly

1st Assistant Camera
Martua Raymond G

2nd Assistant Camera
Dominicus Dimas Aditya

Gaffer
Fahim Rayuan

Lighting
Prenza Muhammad
Eitaro
Patar
Handi Pratama
Kidung
Dimas Bagus Triatma Yoga

Art Director
Dhika Geisza Radhitama

Assistant Art
Gerry Indrajanu

Set Builder
Angga Anugerah
Beri
Ibe
Ibnu
Gokong

Property
Usha
Andromeda

Make Up
Dina
Dhika

Wardrobe
Dina

Make Up Effect
Oo'

Sound Recordist
Wirid Nugraha
Gempar

Boomer
Arya Jiwandaru
Michael Fabian

Sound Post
Clauss
Roda

Editor
Hendry Gunawan
Aria BIntang

Soundtrack
Steve "Karon n Roll"

Driver
Willy
Ariel

Post Negative
Inter Studio

Telecine
3DI


PRODUCTION@2009

Rabu, 03 Februari 2010

DIALOG TENTANG TUHAN

Menyelesaikan tahap akhir mata kuliah Penyutradaraan Lanjutan I di Institut Kesenian Jakarta, maka TUKANG FILM production yang terdiri dari M Fazrie permana, Dina Novita dan Stefanus Gracious Prasetyo membuat sebuah karya film yang menampilkan dari sudut pandang sebuah agama. Sebuah karya anak bangsa dengan judul DIALOG TENTANG TUHAN,

Berawal dari sebuah ide cerita M Fazrie Permana yang memiliki latar belakang agama Islam yang sangat kuat, maka cerita ini mulai dibuat. Pada skenario ini terdapat beberapa revisi untuk memperkuat isi dari film itu sendiri dan menggunakan pararel editing di dalamnya. Dengan tema utama kondisi agama Islam di Indonesia yang sedang menariknya untuk dibahas pada saat itu.

Dialog Tentang Tuhan merupakan sebuah cerita dimana terdapat dua tokoh penting dalam film ini, Pertama adalah MUKHLIS seorang pria kurus dengan latar belakang sebagai salah satu relawan bom bunuh diri, menelepon Ibunya untuk mengucapkan kata-kata terakhirnya. Namun dalam percakpan dengan Ibunya , Mukhlis merasa berat melakukan perbuatannya dan tidak menghiraukan nasehat-nasehat yang telah diberikan Ibunya dan memutuskan telepon tersebut. Tokoh yang kedua adalah ANITA, seorang gadis dengan paras cantik dan tubuhnya yang indah bekerja sebagai pelacur di sebuah tempat pelacuran. Saat Anita sedang memoles wajahnya dengan kosmetik miliknya di depan sebuah cermin, Anita sendiri mulai merasa berat melakukan pekerjaan barunya untuk pertama kalinya. Dan sesaat ia melihat sebuah Al-Quran yang membuatnya lebih bimbang pada pekerjaannya tersebut.

Mukhlis membacakan beberapa ayat dari Al-Quran yang dipegangnya, setelah ia selesai membaca datang KETUA TERORIS untuk menanyakan keadaan Mukhlis. Mukhlis menanyakan tindakannya melakukan bom bunuh diri apakah sesuatu yang bisa mengantarnya ke surga karena menurut Ibunya perbuatan yang dilakukannnya ini merupakan sebuah dosa dan ia ragu. Namun ketua teroris tersebut meyakinkan Mukhlis bahwa tempat dimana ia akan meledakan dirinya ada tempat dimana orang-orang kafir berkumpul, ia juga mengatakan bahwa Ibunya merupakan orang yang berdosa dan ia meyakinkan Mukhlis bahwa hal ini merupakan perbuatan suci untuk bisa masuk ke surga, lalu menantang Mukhlis untuk mencari sebuah ayat yang mengatakan bahwa perbuatannya ini salah, jika Mukhlis tidak dapat menemukannya maka Mukhlis yang akan mati. Sesaat Mukhlis memegang Al-Quran tersebut dengan gemetar lalu menaruhnya kembali ke hadapannya. Lalu ketua teroris itu pun mengambil foto dari tangan Mukhlis yang ternyata foto tersebut adalah foto dari Ibu Mukhlis, kemudian ia merobeknya dan meyakinkan kembali diri Mukhlis untuk melakukan Jihad. Mukhlis pun pergi meninggalkan ketua relawan bom bunuh diri tersebut beserta robekan foto Ibunya dan ketua teroris tersebut tersenyum sinis.

Di tempat lainnya
, Anita berada di dalam sebuah ruangan dimana terdapat Anita dan seorang wanita paruh baya. WANITA paruh baya tersebut duduk di sebuah sofa dan Anita duduk berlutut di lantai sambil menunduk. Wanita tersebut menasehati Anita mengenai pekerjaannya sebagai pelacur dan memberitahu Anita bahwa Tuhan yang dimiliki Anita tidak dapat memberinya uang. Anita hanya tunduk dan diselimuti rasa takut. Lalu wanita tersebut menyuruh Anita untuk pergi keluar dan menemani pelanggan yang berada di tempat pelacuran tersebut.

Anita pun duduk di lantai sebuah ruangan dan dihadapannya terdapat seorang pelanggan dengan kewarganegaraan asing. BULE tersebut menyuruh Anita untuk bangkit berdiri dan menghampiri dirinya, Anita pun melakukannya dengan bimbang dan akhirnya ia mau mendekati bule tersebut. Lalu bule tersebut me
megang wajah Anita dan ingin menciumnya, tetapi Anita meronta menolak dan bule tersebut memegang Anita semakin kuat. Namun Anita dapat melepaskan dirinay dari bule tersebut, bule tersebut merasa kecewa atas Anita dan mengusir Anita keluar dari ruangan tersebut. Anita pun langsung bergegas keluar dari ruangan tersebut.

Di sebuah mobil Mukhlis bersama dengan ketua teroris sedang bersiap-siap, Mukhlis tampak gelisah memakai jaket yang sudah dipakaikan bom untuk meledakan tempatyang telah ditargetkan. Akhirnya ketu teroris tersebut membantu Mukhlis memakaikan jaketnya. Setelah terpakai, ketua teroris menjelaskan peraturan mengenai bom yang akan diledakannya. Dalam 30 detik jika Mukhlis tidak dapat meledakan bom tersebut, terpaksa ketua terois tersebut meledakannya dengan cara jarak jauh. Dengan menyebut Allahuakbar, Mukhlis pun pergi meninggalkan mobil tersebut.

Mukhlis pun berjalan menuju tempat pelacuran tersebut. Dan pada saat yang bersamaan, Anita keluar dari tempat pelacuran tersebut menabrak Mukhlis. Terlihat Anita terburu keluar dari tempat pelacuran tersebut. Anita pun terus berlari dan Mukhlis masuk kembali ke dalam tempat pelacuran tersebut. Namun sebelum waktu menunjukan 30 detik, bom sudah diledakan oleh ketua teroris.

Di gang yang sudah gelap, Anita sedang berjalan menyusuri gang tersebut. Lalu ia bertemu dengan seekor anjing yang tampak tak berdaya. Langsung saja Anita mengeluarkan sebotol susu dari dalam tasnya dan menuangkan susu tersebut pada sepatu hak yang dipakainya sebagai tempat wadah untuk minum anjing tersebut.

Film ini memang mencerita
kan mengenai tentang perbuatan yang baik dan salah secara bertentangan. Orang yang rajin mebaca Al-Quran justru melakukan bom bunuh diri sedangkan seorang pelacur justru meninggalkan sebuah kesan baik dengan memberikan minuman kepada anjing (terdapat di ayat Al-Quran) dan lari dari pekerjaan tersebut. Tindakan jihad merupakan tindakan kejahatan dengan cara menghilangkan nyawa orang lain, maka tindakan ini merupakan dosa besar bagi Tuhan dan tidak akan diampuninya, sedangkan seorang pelacur yang ingin bertobat dengan memberikan minum kepada seekor anjing akan diberikan oleh pengampunan oleh Tuhan. Semuanya ini kembali pada kita manusia bagaimana menjalankan hidup ini dengan mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.


Pemain DIALOG TENTANG TUHAN





Eppy Kusnandar sebagai Mukhlis












Angie
Yulia Hanfie sebagai Anita












Jajang C Noer sebagai Wanita













Cak Ro
es sebagai Ketua Teroris










Bang Yos sebagai Bule







Crew DIALOG TENTANG TUHAN





M Fazrie Permana sebagai Sutradara










Stefanus Gracious Prasetyo sebagai Produser












Dina Novita sebagai Penata Artistik







Eksekutif Produser
Orang Tua kami dan Seseorang yang dermawan

Kameraman
Ariya Jiwandaru

Penata Suara
Mochammad Harris
Gempar Sudarka

Editor
Widy
M Fazrie Permana

Asisten Sutrada 1
Yandy Laurens

Asisten Sutradara 2
Indah Septi Elliyani

Asisten Kameraman
Rahmadi Irawan

Gaffer
Dimas Bagus Triatma Yoga

Lighting
Yohanes K
Geno Akib
Ivan FM

Asisten Artistik
Ivan FM

Wardrobe
Yistiani

Make Up
Uya
Tennesa

Clapper
Patrick Halomoan M

Boomer
Fransisco Odjan

Kamera Report
Doni

Still Photo
Gilang Sagita

Logistik
Stefanus Gracious Prasetyo

Driver
Nereus Ruud Abiyoga




PRODUCTION@2009


ACHIEVEMENT
  • Screening film di CCF (15 Agustus 2009)
  • Juara 3 dalam festival film Islamic Movie Days (February 2010)
  • Juara 1 dalam festival film indie sastra, Universitas Padjadjaran (29 April 2010)

INDONESIAKU

MAJU TAK GENTAR production berkerja sama dengan ANAK NEGERI FILM mempersembahkan sebuah film karya anak bangsa, INDONESIAKU.

INDONESIAKU adalah sebuah film pendek yang saya kerjakan bersama ke dua teman saya (Patrick Halomoan dan Rahmadi Irawan) dalam menyelesaikan Ujian Akhir Semester 2 di Institut Kesenian Jakarta. Film kedua saya untuk pertama kalinya menggunakan artis papan atas Indonesia. Mengalami banyak kejadian-kejadian yang seru tentunya selama shooting berlangsung. Dan untuk pertama kalinya juga saya bekerja sebagai produser dalam film ini.

INDONESIAKU bercerita tentang pemilihan umum kepala desa di suatu daerah. SLAMET sebagai tokoh utama yang diperankan oleh UDJO PROJECT P. Slamet disini adalah seorang supir mikrolet yang memiliki keinginan mengajak para tetangganya untuk bersama-sama pergi menuju ke tempat pemilihan umum kepala desa dengan angkotnya, namun para tetangga tidak mau karena sudah memiliki kendaraannya masing-masing.

Para tetangga itu terdiri dari 3 keluarga dengan latar belakang berbeda. Pertama adalah keluarga yang terdiri dari seorang kakek dan nenek. Peran kakek dengan nama KONG AJI dan peran nenek dengan nama MPOK NIRAH. Kedua orang tua tersebut diajak oleh Slamet untuk ikut turut serta namun keduanya tidak mau karena sudah memiliki kendaraan berupa vespa tua. Kedua adalah keluarga Bali yang terdiri dari Ayah, Ibu, seorang orang anak lelaki dan seorang anak perempuan. Ayahnya bernama PAK KETUT, Ibu bernama BU KETUT, anak laki-laki bernama NYOMAN dan anak perempuan bernama IDA AYU. Keluarga ini pun tidak menerima ajakan dari Slamet karena mereka memiliki kendaraannya sendiri berupa sepeda ontel. Pada keluarga yang ketiga Slamet pun sama seperti keluarga sebelumnya, mengajak keluarga tersebut untuk ikut bersamanya,namun keluarga yang terdiri dari seorang Ayah dengan nama KANG CECEP, Ibu sebagai ISTRI KANG CECEP dan ke empat anaknya yang masih kecil ini tidak juga mau ikut bersama Slamet karena memiliki kendaraannya sendiri berupa Becak.

Akhirnya Slamet memutuskan untuk berangkat sendiri dengan dengan kendaraannya, namun saat di nyalakan mesin kendaraannya, kendaraan tersebut tidak bisa dinyalakan. Akhirnya Slamet mengecek kondisi kendaraannya dengan membuka kap mobilnya. Pada saat Slamet mengecek mesin mobilnya, satu persatu keluarga mulai berangkat, berawal dari Kong Aji dan Mpok Nirah yang melihat Slamet sedang sibuk membetulkan mesin kendaraannnya dan langsung saja keduanya menyindir Slamet. Setelah mereka berdua pergi datang kembali keluarga Pak Ketut, keluarga ini pun menyindir Slamet yang tadinya mau mengajakanya dengan kendaraan rusaknya. Slamet pun hanya bisa tersenyum saja dan setelah keluarga Pak Ketut meninggalkannya, Slamet menngecek kembali kendaraannya. Pada saat itu juga keluarga dari Kang Cecep menghampiri Slamet dan sama seperti dua keluarga sebelumnya keluarga ini juga menyindir Slamet dengan kendaraannya. Slamet pun hanya bisa tertawa pasrah. Setelah keluarag Kang Cecep pergi, Slamet kembali memeriksa kendaraannya. Selang beberapa waktu akhirnya kendaraan yang dimiliki Slamet bisa berfungsi kembali.

Saat menuju tempat pemilihan umum kepala desa. Slamet melihat Kong Aji sedabng mengecek tangki bensin vespa miliknya dan Mpok Nirah terlihat sedang duduk menepi di sebelah vespa tersebut. Slamet pun bertanya masalah yang dihadapi oleh Kong Aji dan Mpok Nirah, ternyata bensin vespa mereka telah habis. Langsung saja Slamet mengajak Kong Aji dan Mpok Nirah untuk ikut bersamanya dan Kong Aji dan Mpok Nirah pun turut serta. Slamet melanjutkan perjalannya dan dalam perjalanannya, kembali Slamet bertemu dengan keluarga Pak Ketut Yang sedang menepi di pinggir jalan. Slamet pun turun dari kendarannya dan bertanya kepada Pak Ketut apa yang sedang terjadi. Ternyata sepeda Pak Ketut bannya kempes sehingga tidak dapat melanjutkan perjalanan. Slamet pun mengajak keluarga Pak Ketut untuk ikut bersamanya di kendaraan miliknya. Akhirnya keluarga Pak Ketut pun turut serta bersama kendaraan Slamet. Dan Slamet pun melanjutkan perjalannya namun beberapa saat Slamet melihta sebuah becak yang terbalik di pinggir jalan dan ternyata itu adalah keluarga dari Kang Cecep. Slamet pun menghampirinya dan bertanya keadaan Kang Cecep dan ternyata penyebab becak Kang Cecep terbalik adalah batu, becaknya tersandung batu. Langsung saja Slamet menawarkan Kang Cecep dan Istrinya untuk ikut bersamanya dan Kang Cecep beserta Isteri dan anaknya pun langsung ikut dalam kendaraan Slamet.

Di perjalan tiba-tiba saja kendaraan Slamet kembali mogok, semuanya tampak bingung dan Slamet meminta bantuan mereka untuk mendorong kendarannya tersebut. Mereka semua pun turun dan membantu mendorong kendaraan Slamet. Kendaraan Slamet pun hidup kembali setelah mereka dorong bersama-sama dan mereka masuk kembali ke dalam kendaraan Slamet lalu melanjutkan perjalanan dengan menyanyikan lagu MAJU TAK GENTAR

Film ini ingin menyampaikan suatu pesan, dimana di Indonesia tempat kita berdiri ini banyak sekali perbedaan yang dimiliki dari suku, adat, agama ataupun sebagainya. Kita juga memiliki sudut pandang yang berebeda-beda dimana kita tidak bisa mengukur pendapat seseorang kepada orang lain atau diri kita sendiri. Perbedaan merupakan suatu cara agar dapat kita bersatu dalam mengahadapi suatu persoalan. Dengan perbedaan kita dapat bersatu menjadi Indonesia yang lebih baik.


Pemain INDONESIAKU





Udjo Project P sebagai Slamet












Tarzan sebagai Kong Aji












Jajang C Noer sebagai Mpok Nirah












Kenes Andari sebagai Bu Ketut






Pak Ketut
Rohim

Nyoman
Dimas Bagus Triatma Yoga

Ida Ayu
Seila Rahma

Kang Cecep
Susmanto

Istri Kang Cecep
Caroline

Anak Kang Cecep
Sasa
Anak-anak Bukit Griya


Crew INDONESIAKU




Patrick Halomoan sebagai Sutradara









Stefanus Gracious sebagai Produser












Rahmadi Irawan sebagai Kameraman







Penulis skenario
Robby Ertanto

Penata suara
Wirid Nugraha Pamungkas

Penata Gambar
Mas Widy

Penata artistik
Usha Kupples

Asisten sutradara 1
Aletra Merly

Asisten sutradara 2
Robby Ertanto

Asisten kamera & Still Photo
Gilang Sagita

Asisten Sound
Coki
Haris

Asisten artistik
Yoram Rizky
Imam Dadi

Wardrobe and make up
Novel Evelyn
Usha Kupples

Konsumsi
Tyas

Clapper
Ivan FM

Script Continuity
Indah Septy

Pengemudi
Pak Tarman
Pak Susmanto
Pak Rohim
Adrianus Waranei


PRODUCTION @2008


ACHIEVEMENT
  • 10 besar film terbaik di Psycho Cinema Festival 3 (6 Nov 2008)
  • Film favorit pilihan juri di Filmologic Photology (23 Jan 2009)
  • Screening Film di HELP university, Malaysia (2009)